Prilaku Malaysia yang akhir-akhir ini semakin semena-mena terhadap Indonesia sepertinya perlu langkah tegas dan konkrit untuk menghadapinya jangan hanya diselesaikan secara diplomasi terus karena langkah tersebut bukannya menjadikan negeri Jiran itu menghargai keberadaan Indonesia melainkan semakin menjadi-jadi. Pelecehan terhadap Lagu Indonesia Raya dan penganiayaan TKI Indonesia termasuk salah satu penghinaan negeri yang mengaku serumpun itu terhadap bangsa kita.
Lantas bagaimanakah langkah kita menyikapi sikap kesewenangan Malaysia tersebut? salut buat Undip (Universitas Dipenogoro) Universitas ternama yang terletak di Semarang ini dengan tegas tidak akan menerima mahasiswa asal Malaysia untuk tahun ajaran 2009-2010. Kemudian salut juga buat web Malingsia[dot]com yang dengan beraninya menyuarakan "ganti Malaysia dengan Malingsia" dan bagi pengguna Facebook kita bisa mengkampanyekannya melalui join di Malaysia Truly Maling Asia. Dan inilah alasan kenapa Malaysia lebih cocok disebut Malingsia :
Malingsia
Malingsia merupakan satu istilah daripada orang Indonesia bagi panggilan orang Malaysia. Maling, dalam bahasa Indonesia bermaksud “pencuri”. Istilah ini merupakan istilah yang digunakan untuk merujukan Malaysia sebagai “negara Maling” atau “negara pencuri” dengan menukar “Malay” menjadi “Maling”. Orang Indonesia menganggap Malaysia telah mencuri banyak budaya mereka, contohnya tuntutan atas angklung, lagu rasa sayang-sayange, dan Reog. Istilah ini semakin meluas di kalangan masyarakat Indonesia malah terdapat 125.000 pencarian di Google pada tanggal 3 Disember 2007. Terdapat huru-hara yang beredar dengan tulisan “Visit Malingsia 2007″, “Truly Maling Asia” dan dijual di antara masyarakat Indonesia.
Sejarah
Malaysia dan Indonesia bersama-sama menuntut blok laut Ambalat, Sipadan, dan Ligitan sebagai wilayah masing-masing dan membawa usul ini kepada Mahkamah Keadilan Antarabangsa. Akhirnya, Malaysia memenangi kes ini dengan disokong oleh 16 orang hakim, dengan hanya seorang hakim yang berpihak kepada Indonesia. Pada tahun 2007, isu Ambalat kembali muncul. Melalui kekalutan ini, istilah “Malingsia” mulai muncul. Setelah isu ini, isu Malaysia menggunakan lagu Rasa Sayang sebagai irama pengiklanan, serta menonjolkan beberapa budaya dan makanan seperti Rendang, Reog, dan angklung sebagai budaya Malaysia, sedangkan semua ini dianggap oleh orang Indonesia sebagai milik mereka sendiri. Akibat inilah, istilah “Malingsia” digunakan oleh orang Indonesia yang menganggap Malaysia sebagai “pencuri”.
Penggunaan
Banyak pengguna dunia maya/internet yang menggunakan istilah ini, terutama di forum-forum seperti Kaskus. Istilah ini makin meluas di kalangan anak muda Indonesia, terutama dengan penjualan kemeja “Visit Malingsia 2007 - Trully Maling Asia". Istilah Malingsia pernah digunakan dalam akhbar Indopos, dan Pemerintah kota Tarakan, malah BBC Indonesia turut menyingungnya sebagai nama fail laman, walaupun tidak menyebut secara lansung dalam rencana mereka. Pihak pemerintah Indonesia tidak membuat kenyataan menyokong pengunaan perkataan ini, tetapi tidak juga melarang penggunaannya atas alasan kebebasan akhbar. Bahkan Wakil Ketua Komisi I DPR Sidharto Danusbroto (F-PDIP) dan anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari turut meminta Konsep Serumpun Indonesia-Malaysia dikaji semula. Istilah Malingsia turut dilaporkan dalam Berita Jepun, Berita Australia, Washington Pos, Amerika Syarikat.
Istilah Alternatif
Selain Malingsia, terdapat beberapa istilah lainnya yang digunakan, seperti Malingsial, Malasya, Maling Asia, dan Malon. Istilah Malingsial merujukan Malaysia sebagai “Maling Sialan”. Istilah Malasya merujukan Malaysia sebagai rakyat malas. Istilah Maling Asia juga merujukan Malaysia sebagai maling, sedangkan Malon dipopulerkan oleh News dot com, acara parodi politik yang disiarkan di stasiun televisi Indonesia, Metro TV, yang menyatakan, “Kalau mereka panggil Indon, kita sebut mereka Malon”.
Lantas bagaimanakah langkah kita menyikapi sikap kesewenangan Malaysia tersebut? salut buat Undip (Universitas Dipenogoro) Universitas ternama yang terletak di Semarang ini dengan tegas tidak akan menerima mahasiswa asal Malaysia untuk tahun ajaran 2009-2010. Kemudian salut juga buat web Malingsia[dot]com yang dengan beraninya menyuarakan "ganti Malaysia dengan Malingsia" dan bagi pengguna Facebook kita bisa mengkampanyekannya melalui join di Malaysia Truly Maling Asia. Dan inilah alasan kenapa Malaysia lebih cocok disebut Malingsia :
Malingsia
Malingsia merupakan satu istilah daripada orang Indonesia bagi panggilan orang Malaysia. Maling, dalam bahasa Indonesia bermaksud “pencuri”. Istilah ini merupakan istilah yang digunakan untuk merujukan Malaysia sebagai “negara Maling” atau “negara pencuri” dengan menukar “Malay” menjadi “Maling”. Orang Indonesia menganggap Malaysia telah mencuri banyak budaya mereka, contohnya tuntutan atas angklung, lagu rasa sayang-sayange, dan Reog. Istilah ini semakin meluas di kalangan masyarakat Indonesia malah terdapat 125.000 pencarian di Google pada tanggal 3 Disember 2007. Terdapat huru-hara yang beredar dengan tulisan “Visit Malingsia 2007″, “Truly Maling Asia” dan dijual di antara masyarakat Indonesia.
Sejarah
Malaysia dan Indonesia bersama-sama menuntut blok laut Ambalat, Sipadan, dan Ligitan sebagai wilayah masing-masing dan membawa usul ini kepada Mahkamah Keadilan Antarabangsa. Akhirnya, Malaysia memenangi kes ini dengan disokong oleh 16 orang hakim, dengan hanya seorang hakim yang berpihak kepada Indonesia. Pada tahun 2007, isu Ambalat kembali muncul. Melalui kekalutan ini, istilah “Malingsia” mulai muncul. Setelah isu ini, isu Malaysia menggunakan lagu Rasa Sayang sebagai irama pengiklanan, serta menonjolkan beberapa budaya dan makanan seperti Rendang, Reog, dan angklung sebagai budaya Malaysia, sedangkan semua ini dianggap oleh orang Indonesia sebagai milik mereka sendiri. Akibat inilah, istilah “Malingsia” digunakan oleh orang Indonesia yang menganggap Malaysia sebagai “pencuri”.
Penggunaan
Banyak pengguna dunia maya/internet yang menggunakan istilah ini, terutama di forum-forum seperti Kaskus. Istilah ini makin meluas di kalangan anak muda Indonesia, terutama dengan penjualan kemeja “Visit Malingsia 2007 - Trully Maling Asia". Istilah Malingsia pernah digunakan dalam akhbar Indopos, dan Pemerintah kota Tarakan, malah BBC Indonesia turut menyingungnya sebagai nama fail laman, walaupun tidak menyebut secara lansung dalam rencana mereka. Pihak pemerintah Indonesia tidak membuat kenyataan menyokong pengunaan perkataan ini, tetapi tidak juga melarang penggunaannya atas alasan kebebasan akhbar. Bahkan Wakil Ketua Komisi I DPR Sidharto Danusbroto (F-PDIP) dan anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari turut meminta Konsep Serumpun Indonesia-Malaysia dikaji semula. Istilah Malingsia turut dilaporkan dalam Berita Jepun, Berita Australia, Washington Pos, Amerika Syarikat.
Istilah Alternatif
Selain Malingsia, terdapat beberapa istilah lainnya yang digunakan, seperti Malingsial, Malasya, Maling Asia, dan Malon. Istilah Malingsial merujukan Malaysia sebagai “Maling Sialan”. Istilah Malasya merujukan Malaysia sebagai rakyat malas. Istilah Maling Asia juga merujukan Malaysia sebagai maling, sedangkan Malon dipopulerkan oleh News dot com, acara parodi politik yang disiarkan di stasiun televisi Indonesia, Metro TV, yang menyatakan, “Kalau mereka panggil Indon, kita sebut mereka Malon”.
0 comments:
Post a Comment